Sawah selalu menjadi salah satu pemandangan favorit saya untuk diabadikan dengan lensa. Dan sejak beberapa tahun lalu, Bali adalah tempat eksplorasi fotografi saya, terutama untuk pemandangan sawah yang bertingkat dan hijau. Banyak spot, baik yang dekat maupun jauh dari rumah, menyuguhkan keindahan terasering yang luar biasa.
Namun, akhir-akhir ini saya merasa sedih. Banyak area persawahan di Bali mulai berubah fungsi. Ladang yang dulu terbentang kini berganti menjadi deretan cafe atau perumahan. Terutama di area yang dekat dengan destinasi wisata atau pusat keramaian.
Bagi saya, ini bukan hanya tentang hilangnya spot foto. Tapi juga hilangnya bagian dari alam yang dulu memberi ketenangan. Keindahan alami itu perlahan digantikan oleh bangunan-bangunan kokoh yang tumbuh di mana-mana.
Dan yang lebih menggelitik hati, saya pun menjadi bagian dari perubahan itu. Saya membeli sebuah rumah yang dulunya adalah sawah. Ironis, sekaligus menyadarkan saya pun berperan dalam hilangnya keindahan yang saya rindukan.
Inti yang ingin saya sampaikan adalah, sering kali kita kecewa melihat lingkungan yang berubah. Merasa alam tak lagi sehangat dulu. Kita mudah menyalahkan pihak lain, pengembang, wisatawan, pemerintah. Tapi sering lupa bahwa kita pun turut andil dalam perubahan itu.
Mungkin sekarang bukan waktunya lagi bertanya, “Kenapa ini bisa terjadi?” Tapi lebih ke, “Apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga yang tersisa?”
Saya tidak tahu kenapa tulisan ini mengarah ke sana. Mungkin karena saya baru saja melihat arsip foto lama, area yang dulunya hamparan hijau sawah, kini jadi hotel atau cafe. Dan saat ingin menyalahkan orang lain, saya justru diingatkan bahwa saya adalah bagian dari mereka.
0 komentar